STRATEGI
PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK
SEBAGAI
DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN
Pengembangan suatu daerah menjadi
destinasi pariwisata memerlukan berbagai hal yang dapat mendukung program
tersebut seperti mengidentifikasi berbagai potensi sebagai faktor pendorong maupun
kendala yang dapat penghambat, mengidesntifikasi kondisi lingkungan internal
dan lingkungan eksternalnya untuk mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan
kelemahan serta yang menjadi peluang dan ancaman dari destinasi itu sendiri yang
dalam penelitian ini adalah kondisi internal dan eksternal Kuta Lombok sehingga
dapat formulasikan berbagai strategi yang tepat dan sesuai untuk pengembangannya
baik itu berupa strategi umum (grand
strategy) mapun strategi alternatif atau khusus.
7.1
Kondisi
Lingkungan Internal dan Eksternal Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan
7.1.1
Kondisi
Lingkungan Internal
|
a.
Kekutan
(Strengths)
Yang dimaksud dengan kekutan dalam
penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat dikembangkan sebagai andalan
pengembangan destinasi pariwisata dengan segala potensi yang dimiliki. Kekuatan
Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelenajutan diantaranya adalah memiliki
keunggulan atau kelebihan seperti:
1. Keindahan
Alam
Secara umum Kuta Lombok berada di
kawasan pantai sehingga memiliki potensi yang besar dalam pengembangan aktivitas
kepariwisataan. Secara administratif luas wilayah desa Kuta yaitu 2.366 Ha
dengan ketinggian tanah 5-10 mdpl, memiliki curah hujan 125 mm pertahun
sehingga rata-rata suhu udara berkisar antara 18oC-34oC.
Jenis dari dataran rendah, tinggi, pengunungan dan pantai adalah datar dan
bergelombang. Barisan perbukitan yang membentang dari batas barat, utara dan
timur merupakan pemandangan yang luar biasa indah, sementara bagian selatan
adalah pantai dengan beberapa bukit yang menambah eksotisnya panorama alamnya.
Keindahan alam merupakan salah satu daya
tarik serta menjadi kekutan yang dimiliki Kuta Lombok. Panorama sunrise dan sunset merupakan daya tarik tersendiri bagi Kuta Lombok dan yang
jarang dimiliki destinasi pariwisata lainnya. Hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan Kasub
Perencanaan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Zulfa) mengemukakan bahwa
keindahan alam yang dimiliki Kuta Lombok merupakan salah satu kekuatan dalam
pengembangannya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
“…Kuta itu
meiliki potensi yang bagus dan sangat layak jika dikembangkan menjadi destinasi
pariwisata berkelanjutan, sebab jika bisa dimanfaatkan segala kekutan yang ada
seperti keindahan alamnya seperti pantai, laut maupun panorama surise dan sunset yang tentunya jarang ditemukan di tempat lain…”(wawancara,
17 Juni 2014)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan
bahwa Kuta Lombok sangat layak untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata
berkelanjutan jika segala kekuatan yang ada sebagai pendukung pengembangannya
dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Keindahan alam yang berupa
hamparan pantai dengan pasir putihnya yang menawan, lautnya, maupun pemandangan
perbukitan yang eksotis.
2. Keunikan
Tradisi dan Budaya Masyarakat Lokal
Tradisi dan budaya masyarakat Kuta
Lombok yang tergolong unik merupakan salah satu daya tarik sekaligus sebagai kekuatan
yang dimiliki Kuta Lombok dalam pengembangannya sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan selain keindahan alamnya. Keuinkan tradisi dan budaya masyarakat
lokal seperti tradisi core event “Bau Nyale”, Peresean maupun upacara adat Sasak Lombok serta
kehidupan sosial budaya lainnya merupakan kekutan yang sangat potensial untuk
pengembangan kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Lombok Tengah (Putria) dalam wawancara mendalam dengan peneliti
(Kanom), menjelaskan bahwa keunikan tradisi dan budaya masyarakat lokal
merupakan salah satu kekuatan sebagai faktor pendorong dan pendukung dalam
upaya pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
“…tradisi dan
budaya masyarakat kita yang sangat unik seperti tradisi “Bau Nyale”, Peresean,
maupun upacara-upacara adat dan keagamaan merupakan kekutan yang dimiliki Kuta
Lombok untuk mendukung kegiatan kepariwisataan sebagai daya tarik dan hal
tersebut juga menjadi faktor pendukung dalam pengembangan Kuta Lombok khususnya
sektor kepariwisataanya, namun hal tersebut akan jadi kekuatan jika
dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin dan sebaik mungkin, kalau tidak….ya..edaq kenenen selapuqn eto…kan
begitu..” (wawancara, 17 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut
menegaskan bahwa Kuta Lombok memiliki daya tarik wisata budaya selain wisata
alamnya dan hal tersebut menjadi kekuatannya jika dapat dikembangkan dengan
sebaik dan semaksimal meungkin untuk mendukung pengembangan Kuta Lombok sebagai
destinasi pariwisata berkelanjutan., namun, jika hal tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik maka kekuatan tersebut justru akan menjadi kelemahan.
3. Sikap
Ramah-tamah Masyarakat Lokal
Sikap ramah-tamah masyarakat Kuta Lombok
merupakan salah satu faktor pendukung yang menjadi kekuatan dalam kegiatan
kepariwisataan. Dengan adanya sikap ramah-ramah masyarakat Kuta Lombok tersebut
dapat meniciptakan suasana yang nyaman terutama bagi wisatawan. Hal tersebut
tentu sangat diperlukan dalam kepariwisataan guna memberikan pelayanan yang
baik terhadap wisatawan sebab dalam industri pariwisata yang sangat memerlukan hospiItality yang bagus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan unsur
akademisi (Jumail) mengemukakakn bahwa salah satu elemen penting dalam
pariwisata terutama di Indonesia khususnya di Kuta Lombok adalah budaya
ramah-tamah., sebab sikap ramah-tamah tersebut akan menciptakan suasana yang
kondusif, aman dan nyama terutama bagi wisatawan, dan dengan demikian maka memory (kenangan) akan selalu mereka
kenang dengan baik begitu juga sebaliknya.
“…dalam sapta
pesoan wisata…budaya atau sikap ramah-tamah masyarakat lokal sangat dibutuhkan
untuk memberikan kenangan yang baik bagi wisatawan..selain itu suasana yang
sejuk dan kondusif dari sikap tersebut merupakan faktor yang menjadi kekuatan
bagi sebuah destinasi pariwisata…dan hal tersebut tercermin di Kuta
Lombok…masyarakat di Kuta Lombok sangat welcome
sekali terhadap siapapun yang berkunjung ke daerahnya… termasuk wisatawan dan
menurut saya ini kekuatan untuk mendukung pengembangan Kuta Lombok sebaga
destinasi pariwisata berkelanjutan..dengan catatan bawa sikap tersebut harus
berkelanjutan juga..” (wawancara, 2 September 2014)
Hasil wawancara tersebut menegaskan
bahwa sikap ramah-tamah merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan
kepariwisataan. Ramah merupakan sikap dan prilaku seseorang yang
menunjukkan keakraban, seperti: suka membantu, suka
tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah bukan berarti kita harus kehilangan
kepribadian kita atau tidak tegas dalam menentukan suatu keputusan. Sikap ramah
merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Sikap selalu
menghormati tamu, menjadi tuan rumah yang baik merupakan salah satu daya
tarik bagi wisatawan.
Keramahan merupakan sikap positif dari seseorang yang memiliki etika moral
dan berpendidikan. Akan tetapi keramahan dapat juga menjadi milik semua sebagai warga
masyarakat yang berbudaya dan memiliki adat istiadat ketimuran. Perilaku atau
pribadi yang ramah memang disukai banyak orang . keramahan inilah yang harus tetap dijaga dan tingkatkan
kembali dalam kehidupan sehari-hari dan dalam aspek kehidupan. Jika sudah
terwujud, tentu
semua mempertahankan keramahan tersebut sampai betul-betul bisa
dinikmati dan dicontoh oleh orang lain.
Aspek keramahan inilah yang selama ini yang menjadi kebanggaan dan
diharapkan dapat mengembalikan prestasi bidang pariwisata Indonesia ini ke masa
lalu. Dalam pengembangan Kuta Lombok
sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, sikap ramah-tamah masyarakat inlah
yang menjadi salah satu kekuatannya dan sikap ramah tamah tersebut selalu
dibarengi dengan sikap tolaransi.
4. Sikap
Toleransi
Toleransi
merupakan hal sangat diperlukan dalam pergaulan sehari-hari baik dengan
keluarga, teman, sahabat, tetangga maupun wisatawan. Sikap tolransi akan
mencerminkan suasana yang aman dan nyaman terlebih lagi dilengkapi dengan sikap
ramah-tamah.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
sikap toleransi masyarakat Kuta Lombok merupakan salah satu kekuatan selain
keindahan alamnya, keunikan tradisi dan budaya serta sikap ramah-tamah
masyarakatnya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan narasumber dari
unsur tokoh agama dan masyarakat (Ust.H.M. Sanusi Ali) menjelaskan bahwa
masyarakat Kuta Lombok tidak merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan atau
kegiatan kepariwisataan, menurutnya adanya kegiatan kepariwisataan di Kuta
Lombok merupakan anugrah Allah SWT. Masyarakat Kuta Lombok yang mayoritas
Muslim tidak merasa terganggu dengan adanya kegiatan periwisata tersebut karena
menututnya ajaran islam itu adalah cinta perdamain serta menjadi rahmat bagi
alam semesta juga. Dengan demikian sikap toleransi merupakan salah satu ajaran
islam yang harus dilaksanankan oleh penganutnya termasuk masyarakat Kuta
Lombok.
“pariwisata itu
bagus dan akan lebih bagus lagi jika dapat saling menguntungkan semua pihak
artinya bahwa tidak pihak yang dirugikan baik itu masyarakat lokal maupun
wisatawab itu sendiri…menurut saya semua masyarakat Kuta sangat mendukung
pengembangan pariwisata…apalagi jika dijadikan sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan…dan salah satu kekutannya untuk pengembangan tersebut adalah
adanya sikap toleransi dari masyarakat Kuta itu sendiri…”(wawncara, 20 Juni
2014).
Adanya sikap toleransi masyarakat Kuta
Lombok tersebut merupakan salah satu kekuatan yang dapat mendukung
pengembangannya menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan. Kekutan tersebut
harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin agar dapat meminimalisir segala
kelemahan yang ada dan dengan demikian pengembangan tersebut akan dapat
terwujud. Selain beberapa faktor atau elemen yang menjadi kekuatan Kuta Lombok
sebai destinasi pariwisata berkelanjuta, terdapat pula hal-hal yang dapat
menjadi ancaman jika hal tersebut tidak segera dibenahi dengan sebaik mungkin.
Apabila kelemahan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan atau
langkah kongkrit maka segala kekuatan yang dimiliki Kuta Lombok tidak akan
berarti apa-apa.
b.
Kelemahan
(Weakness)
1. Sumber
Daya Manusia
Dalam pengembangan suatu daerah atau
kawasan menjadi sebuah destinasi pariwisata tentu harus didukung dengan sumber
daya manusia yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Sumber daya
manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata
(Pitana dan Diarta, 2009:72). Jika sumber daya manusia belum memadai maka hal
tersebut dapat menjadi kendala dalam pengembangannya termasuk pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan semua
narasumber (26 narasumber) dalam penelitian ini sependapat bahwa kendala utama
serta menjadi kelemahan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan adalah masih rendah dan belum memadainya sumber daya
manusia baik secara kualitas mauoun kuantitas khususnya di sektor pariwisata.
Terkait dengan hal tersebut maka, sangat
diperlukan upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya sektor
pariwisata, agar pengembanga tersebut dapat terwujud, jika tidak maka
pengembangan tersebut hanyalah sebuah mimpi semata. Sebab, dengan rendahnya
sumber daya manusia tersebut akan berdampak pula pada kualitas pelayanan maupun
daya saing destinasi pariwisata.
Hampir setiap tahap dan elemen
pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakkannya. Faktor sumber
daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu
industry jasa, sikap dan kemampuan staff
akan berdampak krusial terhadap bagaimana pelayanan pariwisata diberikan kepada
wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan
kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.
2. Manajemen
Destinasi
Destinasi pariwisata merupakan panggung
pertunjukan seluruh sumberdaya pariwisata yang memberikan nilai akhir bagi
kepuasan berwisata. Oleh sebab itu hitam–putih pengelolaan destinasi pariwisata
akan menentukan tiga hal elementer berikut; (a) keunggulan dan daya tarik suatu
destinasi bagi pasar wisatawan, (b) tingkat manfaatnya secara ekologi, ekonomi,
sosial dan budaya bagi daerah, dan (c) daya saingnya di antara pasar destinasi
pariwisata internasional.
Salah satu elemen penting di dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah manajemen destinasi pariwisata yang
cermat dan efektif. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Putria) dan anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah
(Karim) sebagai narasumber dalam penelitian ini, mengakui bahwa manajemen
destinasi pariwisata di Kuta Lombok masih sangat kurang artinya masih belum
maksimal dan hal tersebutlah yang menjadi salah satu kelemahan dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
Masih belum tersedianya pusat informasi
pariwisata (tourism information center)
yang kompetibel, sarana dan prasarana pariwisata yang belum memadai, promosi
destinasi pariwisata yang masih sangat minim termasuk daya saingnya yang masih
perlu ditingkatkan. Kondisi tersebut membutuhkan manajemen yang baik, cermat
dan efektif sehingga bisa dijadikan salah satu faktor pendorong atau kekuatan
dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
Selain manajemen destinasi yang masih sangat kurang faktor keamanan dan
kenyamanan yang hingga kini masih menjadi faktor penghambat atau kelemahan
3. Keamanan
dan Kenyamanan
Salah satu faktor yang dapat menghambat
atau menjadi kelemahan dalm pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan adalah masih kurangnya keamanan dan kenyamanan. Secara
umum keamanan adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang
terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi,
pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan,
kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan sebagai
kadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan
tentram (Potter dan Perry, 2006).
Destinasi pariwisata yang tidak aman dan
nyamana, maka sudah dipastikan akan dapat memperburuk citra destinasi
pariwisata tersebut. Menurut Suwantoro (2004: 34) wisatawan mengharapkan
kepuasan dari keanekaan, keasingan dan keaslian objek wisata yang dikunjungi.
Hal yang paling mereka cemaskan adalah gangguan keamanan baik terhadap dirinya
maupun terhadap benda-benda miliknya. Kemamanan dan kenyamanan bukan saja
dibutuhkan wisatawan saja namun hal tersebut menjadi kebutuhan semua pihak
termasuk masyarakat Kuta Lombok khusunya
serta pihak–pihak terkait lainnya,
dengan demikian faktor ini harus mendapatkan perhatian yang serius untuk
mencari solusi terbaiknya.
Keamanan dan kenyamanan selalu menjadi
faktor penghambat dan menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan apapun di
Kuta Lombok termasuk pengembangan kepariwisataan. Faktor keamanan dan kenyaman
ini merupakan faktor yang harus dipenuhi oleh setip destinasi pariwisata
terlebih pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan hasil obeservasi langsung
maupun wawancara mendalam dengan narasumber (semua narasumber) dalam penelitian
ini ditemukan bahwa faktor keamanan dan kenyamananlah yang selama ini menjadi
kelemahan atau penghambat perkembangan kepariwisataan di Kuta Lombok. Meskipun
berbagai wacana dan rencana pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok namun
selalu saja gagal dikarenankan terkendala faktor keamanan dan kenyamanan. Dalam
penelitian ini ditemukan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemanan dan
kenyaman di antaranya adalah; (a)
penataan dan pengelolaan areal parkir, (b) ketersediaan fasilitas toilet umum, (c) Perilaku agresif
pedagang asongan, (d) penataan warung dan pedagang kaki lima, dan (e)
Stabilitas politik dan isu SARA.
7.1.2
Kondisi
Lingkungan Eksternal
a.
Peluang
(Opportunities)
Peluang
merupakan keadaan yang mendatagkan keuntungan bila
dapat memanfaatkannya dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan.
1. Kemajuan
Teknologi Informasi dan Telekomunikasi
Informasi dan telekomunikasi merupakan
salah satu faktor pendukung dalam kegiatan kepariwisataan maupun bidang
lainnnya. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi
akan memudahkan seorang untuk mengakses informasi apapun dengan cepat dan
gelobal di segala penjuru dunia. Kemajuan teknologi informasi dan
telekomunikasi merupakan salah satu peluang dalam pengembangan Kuta Lombok
sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan asalkan dapat dimanfaatkan dengan
semaksimal mungkin, namun jika tidak
dimanfaatkan maka hal tersebut justru akan menjadi ancaman.
Kemajuan teknologi Informasi dan
telekomunikasi sangat penting bagi wisatawan maupun pelaku pariwisata serta
pihak terkait dimana informasi yang dimaksud adalah informasi tentang
keberadaan Kuta Lombok. Kemajuan informasi dan telekomunikasi seperti internet
dan jaringan telepon dapat mempermudah wisatawan dalam mengakses terlebih
dahulu sebelum berkunjung ke destinasi pariwisata dan indikator ini dinilai
sangat penting pertama dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
Kasub Perencanaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah mengemukakan
bahwa dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan
salah satu peluang dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan, sebab dengan adanya informasi dan telekomunikasi akan dapat
memudah setiap orang termasuk wisatawan maupun pelaku pariwisata serta stakeholder dan instansi terkait dapat
dengan mudah mengakses serta mempromosikan destinasi tersebut. Ketersediaan
fasilitas internet maupun alat
komunikasi lainnya akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan juga.
“semakin
berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi maka ini merupakan peluang
yang sangat bagus untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok,
dengan demkian kan mudah untuk promosi bagi yang memiliki usaha pariwisata…kemudian
bagi wisatawan yang berkunjung di Kuta dengan mudah dan gampang memberikan
informasi, kabar tentang keberadaannya di Kuta, jadi ini peluang yang sangat
baik untuk pengembangan pariwisata di Kuta…” (wawancara, 17 Juni 2014)
Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi
telekomunikasi sangat menunjang pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dengan
adanya teknologi informasi dan telekomunikasi akan dapat memberikan kenyamanan
juga bagi wisatawan yang berkunjung, kemudian untuk para pelaku wisata akan
dengan mudah memasarkan produk wisatanya. Hal tersebut akan jadi peluang jika
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
2. Jarak
Kuta Lombok dengan Bandara Internasional Lombok (BIL)
Hadirnya Bandara Internasional Lombok
(BIL) atau LOP (Lombok Praya) sejak tanggal 1 Oktober tahun 2011 merupakan
salah satu peluang bagus bagi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan. Kuta Lombok hanya berjarak + 10 km atau dengan
perjalan kurang lebih 20-30 menit dengan kendaraan bermotor (sepeda motor,
mobil).
Dekatnya jarak Kuta Lombok dengan
bandara merupakan salah satu peluang, sebab jarak destinasi pariwisata dengan
bandara menjadi salah satu pertimbangan wisatawan ututk mengujungi suatu
destinasi pariwisata. Bandara Internasional Lombok merupakan satu-satunya
bandara bertaraf internasional di Nusa Tenggara barat dan Lombok khususnya.
Keberadaan bandara tersebut tentunya akan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan
wisatawan ke Kuta Lombok, sebab jarak Kuta Lombok dengan Bandara yang dekat dan
mudah dijangkau merupakan peluang yang sangat bagus terhadap pengembangan dan
keberlanjutan kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok.
3. Jarak
Kuta Lombok dengan Kota Praya (ibu kota Kabupaten Lombok Tengah)
Dekat atau tidaknya destinasi pariwisata
dengan Kota juga merupakan salah satu pertimbangan para wisatawan untuk memilih
destinasi tersebut sebagai salah satu tujuan wisatanya. Jarak Kuta Lombok
dengan Kota Praya (Ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah) yang dekat yaitu sekitar 30
km atau dengan jarak tempuh sekitar 30-35 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor) merupakan salah satu peluang dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan hasil wawancra mendalam (in-depth interview) dengan unsur pelaku
wisata (Manah) jarak Kuta Lombok dengan Kota Praya dapat menjadi peluang karena
para wisatawan yang suka ke kota menjadi lebih mudah mengingat jarak yang dekat
dengan waktu tempuh yang relatif singkat.
“…Kuta kan rapat kance Praye jarin tamu saq mele
gitaq kota merase senang sengaq perjalanan dari Kuta ke Praya kan lumayan
singkat...ya ini kan bisa jadi
peluang juga…karena tamu yang berkunjung di Kuta juga bisa melakukan city tour…jadi tamu merasa nyaman dan
bisa betah tinggal di Kuta…” (wawancara, 19 Juni 2014)
Kuta Lombok yang memiliki jarak dari
Bandara (BIL) maupun Kota Praya yang dekat juga merupakan peluang dalam
mendukung pengembangannya menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan sebab, wisatawan
dapat menikmati keliling Kota meskipun nginap di Kuta Lombok.
4. Jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram (ibu
Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat)
Kota Mataram merupakan ibu Kota Provinsi
Nusa Tenggara Barat, jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram hanya sekitar 50 km
atau perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh sekitar
60-70 menit saja. Dekatnya jarak tersebut merupakan peluang dalam pengembangan
Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan sebab, selain dekat
dengan bandara dan Kota Praya dekat juga dengan kota Mataram dimana para
wisatawan dapat berkeliling Kota (city
tour) meskipun mereka tinggal di Kuta Lombok.
Menurut Karim (anggota DPRD Kabupaten
Lombok Tengah) dekatnya jarak antara Kuta Lombok dengan Kota Mataram merupakan
peluang sebab, dengan dekatnya jarak tersebut akan memperngaruhi motivasi
wisatawan untuk berkeunjung ke Kuta Lombok. Semakin dekatnya jarak destinasi
dengan kota atau pusat kota juga akan berpengaruh pula pada motivasi kunjungan
wisatawan.
“…peluang Kuta
Lombok sangat bagus jika dikembangkan…karena selain dekat dengan bandara yang
merupakan gateway atau pintu gerbang
udara di Lombok dilengkapi pula dengan jarak Kuta Lombok dengan kota Praya dan
Mataram juga dekat…jadi selain mereka bisa menikmati keindahan alam di pantai Kuta mereka juga bisa keliling
kota..ini kan peluang…”(wawancara, 16 Juni 2014)
Jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram
merupakan salah satu peluang jika kondisi tersebut mampu dimanfaatkan dengan
baik terutama untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok.,
namun hal tersebut bisa saja menjadi ancaman apabila tidak apat dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin.
5. Aturan
(code of conduct)
Dalam pengembangan sebuah daerah, wilayah
atau kawasan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan harus didukung dengan
aturan atau aspek legalitas atau aturan (code
of conduct) yang bagus dan jelas. Tanpa adanya aturan yang jelas maka hal
tersebut akan dapat menjadi ancaman dalam pengembangannya termasuk dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan., sebab
pada dasarnya pembangunan berkelanjutan harus dapat berkelanjutan dari aspek
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, dengan demikian pemabangunan
berkelanjutan dapat dilaksanakan.
Selain perlunya aturan atau regulasi
yang jelas dalam pengembangan destinasi pariwisata, dalam kegiatan berwisata
juga harus didukung pula dengan aturan atau tata tertib yang jelas sehingga
secara ekonomi dapat menguntungkan, aspek kehidupan sosial budaya tetap terjaga
keberadaanya, mapun lingkungan tetap lestari dan semakin baik, begitu halnya
dalam pengembangan Kuta Lombok.
Dalam
penelitian ini aturan (code of conduct)
merupakan salah satu peluang bagi Kuta Lombok untuk mendukung pengembangannya
sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dianataranya adalah adanya kebijakan
pemerintah tentang kepariwisataan maupun pelestarian lingkungan. Dengan adanya
kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kepariwisataan seperti; Undang-undang
nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, Peraturan Pemerintah (PP) nomor 50
tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (Ripparnas),
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 52 tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Mandalika dan Peraturan daerah (Perda) nomor 7 tahun 2013 tentang Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda) Provinsi Nusa Tenggara barat
yang menetapkan Kuta Lombok sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah (KSPD) merupakan peluang yang sangat bagus untuk pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Kuta Lombok merupakan salah
satu dari 9 kawasan wisata di pulau Lombok, hal tersebut berdasarkan peraturan
daerah (Perda) nomor 9 tahun 1989 tentang penetapan 15 kawasan wisata di
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Selain kebijakan pemerintah tentang
kepariwisataan terdapat pula kebijakan pemerintah tentang pelestarian
lingkungan dan tata ruang yang menjadi peluang dan merupakan aspek yang harus
diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan yaitu dengan tetap menjaga dan
melesetarikan lingkungan, adapun kebijakan-kebijakan pemerintah tentang
pelestarian lingkungan diantaranya adalah Undang–undang Republik Indonesia
nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun
2013 tentang ketelitian peta rencana tata ruang, Peraturan Pemerintah nomor 9
tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang–undang nomor 4 tahun 2011 tentang
informasi Geospasial, Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Barat serta Peraturan Daerah nomor
7 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lombok Tengah.
Dengan adanya kebijakan–kebijakan tersebut memperkuat bahwa Kuta Lombok sangat
layak untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan terutama
dalam dalam aspek lingkungan, karena dalam pengembangan kepariwisataan harus
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
b.
Ancaman
(Threats)
Ancaman merupakan keadaan apabila
dibiarkan akan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketidakberhasilan
yang harus diwaspadai dalam hal menyusun
strategi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
1. Kesadaran
Masyarakat dalam menjaga Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan
Secara teoritik, pola interaksi antara
aktivitas kepariwisataan dan lingkungan sekitar yang ada di suatu destinasi
akan dapat menimbulkan berbagai kemungkinan dampak. Faktor lingkungan
dimungkinkan akan mendapatkan dampak positif maupun dampak negatif dari
aktivitas kepariwisataan yang ada dan sebaliknya faktor kepariwisataan juga
akan dimungkinkan mendapatkan dampak positif maupun negatif dari lingkungan
sekitar (Sunaryo, 2013:41). Kebersihan
dan kelestarian lingkungan pada
destinasi pariwisata merupakan hal yang paling penting. Keadaan lingkungan
sekitar kawasan wisata bahwa lingkungan tersebut harus terjaga kebersihan
dengan tidak membuang sampah sembarangan dan kebersihan pada fasilitas umum
(Kurihara, 2010), dengan demikian kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan sangat diperlukan karena dengan adanya partisipasi
masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan tersebut akan
menjadi peluang emas bagi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat dalm
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan salah satu ancaman dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan., hal
tersebut sesuai dengan hasil obeservasi langsung ke lokasi penelitian,
wawancara mendalam (in-depth interview)
denga narasumber (26 narasumber) serta studi dokumentasi.
Selama ini,
maslah kebersihan dan kelestarian lingkungan, selalu menjadi sorotan para
wisatawan yang berkunjung di Kuta Lombok seperti sampah yang tidak terurus
berserakan dimana-mana termasuk pada area wisata yang tetap dikunjungi
wisatawan. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya perilaku masyarakat yang
membuang sampah sembarangan bahkan di area wisata sehingga sangat mengganggu
pemandangan., dimana hal tersebut merupakan salah satu yang dapat mengganggu
kelestarian lingkungan di Kuta Lombok serta berdampak pula pada keberlanjutan
kegiatan kepariwisataan itu sendiri.
Masih
rendahnya keasadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan merupakan ancaman yang serius sekaligus sebagai penghambat dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, oleh sebab
itu hal ini harus ada upaya berupa solusi terbaik untuk memberikan pemahaman
pada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan sehingga dapat menjadi peluang emas dalam pengembagan pariwisata di
Kuta Lombok. Jika hal ini tidak segera dibenahi, maka daya tarik seperti
keindahan alam di Kuta Lombok sangat terancam keberlangsungannya sehingga
kegiatan kepariwisataanpun terhenti.
2. Stabilitas
Politik dan Isu SARA (Suku, Agama dan Ras)
Beberapa hal yang dapat menjadi ancaman
dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan
adalah adanya stabilitas politik yang masih belum berpihak serta adanya isu
terkait suku, agama dan ras (SARA). Kondisi stabilitas politik yang baik dan
kondusif merupakan modal yang baik untuk pengembangan kepariwisataan, hal
tersebut diperlukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman oleh wisatawan, investor, pelaku pariwisata maupun
masyarakat lokal setempat.
Adanya gerakan reformasimasi serta
kirisis moneter akibat stabilitas politik yang kurang baik pada tahun 1998
menyebabkan kondisi kepariwisataan di Kuta Lombok terpuruk. Akibatnya sebagaian
besar warga masyarakat Kuta Lombok dan sekitarnya menduduki tanah asal mereka
yang sudah ditetapkan menjadi area wisata, selain itu ratusan hektar tanah yang
sudah dibebaskan untuk menjadi kawasan pariwisata di Kuta Lombok dan sekitarnya
ditelantarkan. Kondisi politik tersebut meluas pada isu SARA (Suku, Agama dan
Ras) yang sangat sensitif sehingga warga Kuta dan sekitarnya menolak
pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok dan sekitarnya.
Selain adanya gerakan reformasi dan
stabilitas politik yang kurang baik tersebut, isu terkait dengan SARA (Suku,
Agama, dan Ras) juga terjadi pada bulan Januari tahun 2000. Adanya isu SARA
tersebut sangat berdampak buruk pada perkembangan kepariwisataan di Lombok pada
umumnya serta Kuta Lombok khususnya. kerusuhan Mataram akibat adanya isu tersebut
berimbas pada pergerakan masa lebih dari lima ribu masa bergerak di Mataram
dengan membakar beberapa rumah ibadah seperti gereja serta fasilitas umum
lainnya termasuk pembakaran club
malam di kawasan pariwisata Senggigi.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (in-depth interview) dengan Kasub
Perencanaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Zulfa)
menyebutkan bahwa isu tentang suku, agama dan ras (SARA) serta stabilitas
politik yang tidak menentu membuat perkembangan pariwisata di Kuta Lombok macet
dan tidak bisa berkembang dan hal tersebut merupakan salah satu ancaman dalam
pengembagan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
“…Kuta sangat
layak untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan karena
didukung oleh keindahan alam maupun potensi sosial budayanya,…namun adanya isu terkait
SARA dan stabilitas politik kita yang tidak menentu serta sarat akan kepentingan tertentu maka hal inilah
menjadi ancaman juga terhadap pengembangan Kuta, sebab dengan adanya isu
tersebut tentu menjadi pertimbangan dalam pengembangan pariwisata termasuk
untuk pembangunan infrastruktrurnya seperti hotel,
villa dan sebagainya. Karena bagi investor maupun wisatawan itu kan, harus
ada jaminan keamanan serta kepastian hukum yang jelas untuk investasi maupun
berkunjung ke Kuta. namun jika kondisi stabilitas politik kita baik serta isu
SARA tersebut mampu dijadikan peluang maka akan lebih baik lagi, tapi selama
ini tersebut merupakan salah satu yang dapat menjadi ancaman termasuk di Kuta
Lombok..” (wawancara, 17 Juni 2014)
Kondisi stabilitas pilitik yang kurang
baik serta yang isu terkait dengan SARA (Suku, Agama dan Ras) merupakan salah satu
hal yang dapat berdampak negatif terkait dengan dampak sosial
budaya pengembangan destinasi pariwisata. Adanya kondisi tersebut merupakan
salah satu pertimbangan bagi para investor
atau pengembang untuk berpartisipasi dalam pengembangan suatu daerah menjadi
destinasi pariwisata termasuk di Kuta Lombok. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan Kasub Perencanaan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Zulfa) menunjukkan bahwa
dengan adanya kondisi politik yang kurang baik serta isu SARA tersebut merupakan salah satu ancaman terhadap
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, namun jika
isu tersebut bisa dimanfaatkan maka justru akan menjadi peluang apalagi jika di
kaitkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, baik itu secara sosial budaya,
ekonomi maupun aspek lingkungan.
Secara umum semua elemen masyarakat
menginginkan adanya perkembangan kepariwisataan di Kuta Lombok tanpa terkecuali
tokoh Masyarakat (tokoh Agama, Adat dan Pemuda). Hal tersebut sesuai dengan apa
yang telah dikemukakan oleh Ust.H.M. Sanusi Ali., dalam wawancara mendalam (in-depth interview) dengan peneliti.
“…pariwisata
merupakan salah satu yang menjadi tumpuan dan harapan sebagian besar masyarakat
kita di Kuta ini, oleh sebab itu kita sangat mengharapkan adanya kemajuan dan
perkembangan yang signifikan terhadap pariwisata ini, agar nantinya dapat
memberikan kontribusi positif terutama terhadap perekonomian, lingkungan kita
namun kehidupan sosial budaya kita juga akan semakin baik..tanpa harus
mengorbankan agama untuk kepentingan duniawi saja… saya melihat bahwa masih
belum berkembangnya pariwisata sekarang kan karena adanya oknum-oknum tertentu
yang mengatas namakan agama, adat, ras untuk menolak pariwisata..namun itu kan
oknum…tapi kita semua sangat setuju jika Kuta Lombok dijadikan sebagai tempat
wisata yang mendunia...”(wawancara, 20 Juni 2014)
Meskipun secara umum semua elemen
masyarakat di Kuta Lombok mendukung pemgembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ust.H.M. Sanusi Ali
tersebut, namun kondisi stabilitas politik dan isu SARA tetap menjadi ancaman
dalam pengembangannya. Sebab, hal tersebut sangat sesnsitif terutama bagi
masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil wawncara mendalam (in-depth interview) dengan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Lombok Tengah (Karim) menyebutkan bahwa
karakteristik masyarakat kita yang masih kental dengan adat budaya maupun agama
serta masih kurangnya pemahaman mereka tentang pariwisata menyebabkan mereka
akan sangat mudah terpancing emosinya dengan isu-isu yang berbau suku, agama
maupun ras (SARA) terlebih kondisi politik yang terkadang memanfaatkan isu
tersebut.
“…pengembangan
pariwisata dimanapun termasuk di Kuta tidak terlepas dari kepetingan politik,
hal tersebut dapat kita lihat dari sejak awal mula penetapan Kuta sebagai salah
satu kawasan pariwisata di NTB atau Lombok, itu kan melalui peraturan daerah
(Perda) dan hal tersebut tentunya disahkan oleh lembaga politik juga yaitu DPRD
NTB waktu itu bersama dengan Gubernur selalu pemerintah atau eksekutif, jadi
kondisi stabilitas politik sangat menentukan perkembangan pariwisata di Kuta
juga dan terkadang politik ada permainan juga di dalamnya ya tidak menutup
kemungkinan isu SARA dimunculkan, dan jika itu dimunculkan maka bisa berdampak
positif sebagai peluang atau bisa jadi sebagai ancaman, jadi ketika stabilitas
politik tidak menentu seperti sekarang ini serta adanya isu SARA juga merupakan
salah satu ancaman bagi pengembangan pariwisata di Kuta Lombok. Hal tersebut
kan bisa dilihat dari hadirnya LTDC, EMAAR, BTDC dan sekarang ITDC lagi yang
hingga saat ini juga tidak jelas....”(wawancara, 16 Juni 2014)
Kondisi stabilitas politik yang tidak
menentu serta adanya isu terkait SARA (Suku, Agama dan Ras) hingga sekarang
merupakan hal dapat menjadi ancaman terhadap pengembangan Kuta Lombok sebagai
destinasi pariwisata berkelanjutan, hal tersebut sesuai dengan hasil temuan
dalam penelitian ini. Mengingat masih adanya berbagai kendala yang berupa
kelemahan dan ancaman yang dapat menghambat pengembangan Kuta Lombok sebagai
destinasi pariwisata berkelanjutan, meskipun Kuta Lombok memiliki potensinya
sangat bagus dan layak untuk dikembangkan. Untuk memwujudkan Kuta Lombok
menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan, maka dalam penelitian ini dijelaskan, diuraikan, dikaji serta dianalisis secara
mendalam mengenai strategi yang tepat untuk pengembangannya.
7.2
Strategi
Pengembangan Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
Untuk dapat merumuskan strategi
pengembangan yang tepat terhadap suatu destinasi pariwisata maka, perlu
diketahui fase-fase atau siklus hidup area wisata. Sesuai dengan teori yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teori siklus hidup destinasi yang
diadaptasi dari Butler (1980), terdapat tujuh fase-fase dalam siklus evolusi
destinasi pariwisata yaitu: exploration (penemuan), involvement (keterlibatan), development (pembangunan),
consolidation (konsolidasi), stagnation (stagnasi), decline (penurunan),
dan rejuvenation (peremajaan).
Berdasarkan hasil observasi langsung
lokasi penelitian, wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan semua narasumber (26 narasumber) dalam penelitian
ini serta dilengkapi dengan data jumlah kunjungan
wisatawan dari tahun 2008 hingga 2012 terus mengalami peningkatan, yaitu dari 30326
wisatawan mancanegara dan 11969 wisatawan domestik (wisatawan nusantara) pada
tahun 2008, sedangkan pada tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan mananegara
berjumlah 58364 wisatawan dan untuk wisatawan domestik berjumlah 23535
wisatawan, begitu juga halnya dengan rata-rata lama tinggal (length of stay) dari tareget rata–rata
lama tinggal 2.67 hari namun naik menjadi 2.71 hari (Disbudpar Lombok Tengah,
2013).
Mengacu pada teori siklus hidup
destinasi tersebut, Kuta Lombok berada pada posisi Involment (keterlibatan), hal tersebut terlihat dari adanya
peningkatan kunjungan wisatwan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tersebut mendorong
penduduk lokal menawarkan fasilitas secara ekslusif kepada wisatawan. Kontak
dengan masyarakat lokal setempat tetap tinggi dan beberapa dari masyarakat
lokal setempat menyesuaikan pola sosialnya untuk mengakomodasi perubahan
kondisi ekonomi akibat keberadaan wisatawan., selain itu masyarakat ada yang
mulai menyediakan dan menawarkan penginapan seperti Homestay dan sebagainya.
Berdasarkan kondisi lingkungan internal
dan eksternal Kuta Lombok serta jumlah kunjungan wisatawan masih didominasi
oleh wisatawan mancanegara maka strategi umum (grand strategy) yang bisa diterapkan adalah strategi penetrasi
pasar dan pengembangan produk wisata. Strategi penetrasi pasar adalah strategi
memperluas pasar (market share) suatu
produk atau jasa melalui usaha–usaha pemasaran yang lebih besar (Umar, 2005).
Strategi ini penting dilakukan mengingat
selama ini wisatawan yang berkunjung di Kuta Lombok sebagian besar adalah
wisatawan mancanegara sehingga perlu dilakukan strategi promosi untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara., sedangkan
yang dimaksud dengan strategi pengembangan produk merupakan strategi yang bertujuan
agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau
memodifikasi produk–produk atau jasa–jasa yang telah ada sekarang. Jadi, tujuan
strategi ini adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan produk atau jasa yang
sudah ada.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, perolehan, pemakaian, dan konsumsi
atau yang mungkin memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep produk,
tidak terbatas pada obyek fisik saja namun termasuk objek non fisik (jasa)
juga, dan sebagai tambahan produk fisik dan produk jasa, produk juga meliputi
orang, tempat, organisasi, dan aktivitas.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut,
maka strategi pengembangan produk terkait dengan pengembangan Kuta Lombok
sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan adalah strategi dalam upaya
meningkatkan potensi yang dimiliki yaitu wisata alam, wisata bahari, wisata
minat khusus serta sosial dan budaya, baik fisik maupun non fisik dimana di
dalamnya mencakup daya tarik wisata (attraction),
akses (accessibility), fasilitas
kenyamanan (amenities), dan layanan
pendukung lainnya (ancillary service).
Dalam membuat strategi pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan juga diawali dengan
menguraikan faktor–faktor internal dan eksternal. Beradasarkan kondisi
lingkungan internal dan eksternal diperoleh strategi yang bersifat umum (grand strategy). Kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan matriks SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunities, and Threats) untuk merumuskan strategi
alternatifnya.
Matriks SWOT menghasilkan empat sel
kemungkinan strategi khusus pengembangan yang sesuai dengan potensi serta
kondisi internal dan eksternal yang dimiliki Kuta Lombok. Dari setiap strategi
khusus yang dihasilkan dapat dijabarkan berbagai macam program pengembangan
Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, maka
melalui matriks SWOT akan ditemukan beberapa strategi pengembangan yang dapat
mendukung kelayakan pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan seperti yang tercantum pada Tabel 7.1.
Dalam analisis SWOT yang disajikan,
disusun beberapa alternatif pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan sebagai strategi khusus, yang merupakan opsi–opsi pengembangan
dari grand strategy. Beberapa
alternatif yang disusun yaitu; (1) Strategi pengembangan destinasi pariwisata,
(2) Strategi pengembangan daya tarik wisata, (3) Strategi peningkatan kualitas
lingkungan, (4) Strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, (5) Strategi pengembangan
promosi destinasi pariwisata, (6) Strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan,
(7) Strategi pengembangan sumber daya manusia, dan (8) Strategi pengembangan
kelembagaan dan manajemen destinasi. Setiap strategi yang digunakan dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Strategi
Strength–Opportunity (S–O)
Strategi
strength–opportunity merupakan
strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, sehingga menghasilakan
strategi pengembangan destinasi pariwisata dan strategi pengembangan daya tarik
wisata. Kekuatan yang dimilikinya harus digunakan dengan semaksimal mungkin
agar dapat memanfaatkan segala peluang yang ada dengan sebaik–baiknya.
2.
Strategi
Strength–Threat (S–T)
Strategi
strength–threat merupakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, dimana strategi yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah strategi peningkatan kualitas lingkungan
dan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan. Untuk menjadikan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan maka strategi ini sangat
diperlukan untuk mendukung pengembangan tersebut.
3.
Strategi
Weakness–Opportunity (W–O)
Upaya
untuk meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang merupakan strategi yang
sangat penting digunakan dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata. Sehingga
strategi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah strategi pengembangan
promosi destinasi pariwisata dan strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan.
4.
Strategi
Weakness–Threat (W–T)
Strategi
yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman merupakan strategi yang mendukung
dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dan
dalam strategi ini menghasilkan strategi pengembangan sumber daya manusia dan strategi pengembangan kelembagaan dan manajemen
destinasi.
Tabel 7.1.
Analisis Matriks SWOT
(Strengths, Weakness, Opportunities and
Threats)
Pengembangan Kuta Lombok sebagai
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
Lingkungan
Internal
Lingkungan
Eksternal
|
Strengths (S)
Kekuatan
1.
Keindahan alam
2.
Keunikan Tradisi dan Budaya Masyarakat
Lokal
3.
Sikap Ramah–tamah Masyarakat Lokal
4.
Sikap toleransi
|
Weaknesses (W)
Kelemahan
1.
Sumber Daya Manusia
2.
Manajemen Destinasi
3.
Keamanan dan Kenyamanan
|
Opportunities (O)
Peluang
1.
Kemajuan Teknologi dan Telekomunikasi
2.
Jarak Kuta Lombok dengan Bandara Internasional Lombok (BIL)
3.
Jarak Kuta Lombok dengan Kota Praya
(ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah)
4.
Jarak Kuta Lombok dengan Kota Mataram
(ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat)
5.
Aturan (code of conduct)
|
Strategi S – O
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
1. Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata
2. Strategi Pengembangan Daya Tarik
Wisata
|
Strategi W – O
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang
1. Strategi Pengembangan Promosi
Destinasi Pariwisata
2. Strategi Peningkatan Keamanan dan
Kenyamanan
|
Threats (T)
Ancaman
1.
Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam
menjaga Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan
2.
Stabilitas Politik dan Isu terkait
suku, agama, dan ras (SARA)
|
Strategi S –T
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman
1. Strategi Peningkatan Kualitas
Lingkungan
2. Strategi Pengembangan Pariwisata
Perkelanjutan
|
Strategi W – T
Strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
1. Strategi Pengembangan Sumber Daya
Manusia
2. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan
Manajemen Destinasi Pariwisata
|
Sumber:
Data diolah Tahun 2014
7.3
Program
Pengembangan Kuta Lombok sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
Mengingat bahwa strategi dapat dikatakan
masih dalam bentuk langkah–langkah umum, oleh sebab itu sesuai dengan hirarki
perencanaan maka, perumusan strategi sebaiknya diikuti oleh suatu rencana yang
kongkrit yaitu yang disebut program. Dengan program tersebut jika nantinya
tersedia anggaran yang cukup dan memungkinkan untuk direalisasikan menjadi program
aksi (action) atau proyek. Adapun
program–program yang dapat dirumuskan dari setiap strategi tersebut adalah
diantaranya sebagai berikut;
7.3.1
Program
Pengembangan dari Strategi Strength–Opportunity
(S–O)
Dari strategi strength–opportunity pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan terdapat dua strategi yang dapat diaplikasikan yaitu;
(1) Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata dan (2) Strategi Pengembangan Daya
Tarik Wisata dengan uraian dan
program–program sebagai berikut:
1. Strategi
Pengembangan Destinasi Pariwisata
Berdasarkan hasil penelitian ini
ditemukan bahwa dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan terdapat strategi pengembangan destinasi sebagai langkah awal
untuk pengembangannya seperti penataan destinasi dengan sebaik mungkin, hal
tersebut dapat dilakukan dengan program sebagai berikut;
a. Program
Pengembangan Sarana dan Prasarana serta Infrastruktur Pendukung Kepariwisataan.
Program ini bertujuan untuk menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok.
b. Program
Pengadaan Fasilitas Pengelolaan Wisata, seperti;
1) Pusat
Informasi Pariwisata (tourism
informatioan center) yang memadai
2) Pembuatan
pos–pos jaga untuk menigkatkan keamanan dan kenyamanan bersama (wisatawan dan
masyarakat)
3) Pengadaan
sarana pemantauan serta telekomunikasi yang memadai
c. Program
Pembuatan Tempat–tempat Istrirahat (rest
area) yang bercirikan arsitektur lokal pada akses menuju Kuta Lombok serta
pada tempat-tempat strategis kegiatan kepariwisataan untuk meberikan rasa
nyaman (seperti Berugaq) serta tempat
ibadah (seperti Mushala atau Masjid) dan sebagainya.
d. Program
Pembangunan Akomodasi Pariwisata (seperti Homestaay)
yang memadai serta tempat makan (seperti warung makan biasa maupun restaurant)
Pembangunan akomodasi pariwisata
disatukan dengan rumah penduduk dan harus mengindari pembangunan di
daerah–daerah konservasi atau dekat
dengan tempat suci serta yang dikeramatkan baik oleh adat maupun agama. Selain
itu, pemerintah daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Kabupaten Lombok Tengah dapat membangun akomodasi maupun tempat makan yang
kepemilikannya oleh pemerintah namun pengelolaanya (melalui pendampingan
pemerintah) dengan melibatkan masyarakat lokal setempat.
e. Program
Pengembangan, Perbaikan serta Pemeliharaan Akses Jalan di Kuta Lombok
Jalan sangat diperlukan untuk
mempermudah akses ke berbagai daya tarik wisata yang ada di Kuta Lombok
mengingat kondisi jalan yang ada saat ini masih banyak yang perlu dikembangkan
dan diperbaiki serta dipelihara, seperti masih adanya jalan tanah yang ketika
musim hujan sangat licin dan ketika musim kemarau sangat berdebu.
Selain itu, masih terdapat jalan yang
berlubang serta tidak meliki got sehingga sangat mengganggu terutama bagi
pengguna jalan tersebut baik wisatawan maupun masyarakat lokal., supaya kedepannya
jalan yang berada di Kuta Lombok segera diperlebar dan di hot mix agar tidak terjadi kemacatan jika ada kendaraan dengan
ukuran besar, selain itu sering tergenang air jika musim hujan.
f. Program
Penyediaan Tempat–tempat Sampah yang Ramah Lingkungan
Menjadi destinasi pariwisata
berkelanjutan tentu harus memperhatikan kebersihan secara berkelanjutan pula,
oleh sebab itu sangat perlu untuk menyediakan tempat sampah terutama yang ramah
lingkungan. Tempat sampah yang dimaksud adalah tempat sampah yang semi permanen
yang ditempatkan pada tempat–tempat yang strategis dan dapat diangkat
(dipindahkan) untuk dikumpulkan pada satu tempat pembuangan sampah (TPS)
sementara. Sampah yang telah dikumpulkan dapat dipilih terutama yang bisa
didaur ulang ataupun yang dapat digunakan kembali.
Pemisahan sampah akan lebih baik jika
dilakukan dengan memisahkan sampah organik maupun non organik atau sampah
lainnya sehingga lingkungan tetap terjaga kelesatariannya. Adapun konsep yang
bisa diterapkan adalah melalui konsep 3R (Reduce,
Reuse, and Recycle). Penanganan
sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah mulai
dari sumbernya.
g. Program
Pembangunan Fasilitas Toilet Umum ditempat–tempat Strategis
Ketersediaan fasilitas seperti ketersediaan
fasilitas toilet umum atau MCK (mandi cuci kencing) sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok. Fasilitas toilet umum atau
MCK yang dibangun harus tetap memperhatikan dampak pencemarannya seperti harus
jauh dari sumber mata air atau sumur penduduk lokal. Selain itu dibuatkan pula
tempat penampungan limbah dan air cucian tau mandi harus diupayakan untuk tidak
terserap tanah. Hal ini berkaitan dengan kualitas air tanah yang akan tercemar
apabila limbah tersebut terserap tanah.
h. Penyediaan
Listrik dan Air Bersih yang Memadai
Mengingat Kuta Lombok merupakan daerah
yang terletak di bagian selatan pulau Lombok yang pada umumnya kering maka
perlu adanya penyediaan air bersih yang cukup dan memadai, baik oleh pemerintah
maupun swasta untuk mendukung kegiatan kepariwisataan. Hal ini sangat
diperlukan mengingat sebagian besar akomodasi pariwisata seperti Hotel, Villa, Bungalow, Lodge, maupun Homestay menggunakan sumur bor untuk
penyediaan air bersih begitu pula dengan restaurant,
café dan termasuk juga masyrakat setempat. Sedangkan kedalam sumur bor
minimal 35 meter ke atas, sehingga mengakibatkan banyaknya sumur yang mengalami
kekeringan termasuk sumur bor yang dengan kedalaman di bawah 50 meter juga
mengalami hal yang sama pada musim kemarau.
Selain perlunya penyediaan air bersih
yang memadai penyediaan listrik juga sangat perlu mengingat banyaknya wisatwan
yang complain karena seringnya
terjadi pemadamangan listrik dalam waktu yang lama bahkan hingga 30 jam. Dengan
demikian maka akan sangat mengganggu kegiatan kepariwisataan itu sendiri.
i.
Menyediakan Tempat
Penyewaan Alat–alat Pancing, Snorkeling, Diving
maupun Surfing yang lengkap.
Penyediaan tempat penyewaan tersebut
penting dilakukan karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Kuta
Lombok untuk menikmati wisata bahari seperti berselancar (surfing), memancing, diving,
snorkeling dan mereka pasti membutuhkan
alat–alat tersebut. Sehingga, dengan menyediakan dan menyewakan perlengkapan
tersebut yang akan digunakan oleh wisatawan dengan demikian tentu akan
berdampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat terutaman masyarakat
setempat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
j.
Program Peningkatan
Daya Saing Destinasi
Program ini bertujuan untuk meningkatkan
daya saing destinasi pariwisata khususnya di Kuta Lombok dengan destinasi
pariwisata lainnya. Peningkatan daya saing destinasi sangat penting dilakukan
terutama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Mengingat daya saing
pariwisata di Kuta Lombok maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal yang
dapat diterapkan dan untuk mendukung program peningkatan daya saing destinasi
pariwisata sebagaimana yang dimaksudkan di atas adalah sebagai berikut;
1) Penataan,
peningkatan serta pembenahan segala fasilitas pendukung kegiatan kepariwisataan
di Kuta Lombok, seperti; akomodasi pariwisata, restaurant, ketersediaan angkutan wisata, maupun pengembangan
produk wisata.
2) Pengembangan
dan peningkatan kualitas pelayanan melalui peningkatan kualitas sumber daya
manusia khususnya di sektor pariwisata.
3) Sosialisasi
gerakan sadar wisata yang tepat sasaran
kepada masyarakat khususnya masyarakat Kuta Lombok agar mampu merupah pola
fikir masyarakat tentang kesadaran berwisata (gerakan sadar wisata) dengan
demikian masyarakat akan merasa bertanggung jawab dalam dalam pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan karena mereka memiliki sense of belonging (rasa memilki) yang
tinggi.
2. Strategi
Pengembangan Daya Tarik Wisata
Pengembangan daya tarik wisata sangat
perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan. Salah satu langkah yang dapat diterapkan dalam
pengembangan daya tarik wisata yaitu dengan program inventarisasi (pendataan)
daya tarik wisata yang ada di Kuta Lombok. Dengan inventarisasi daya tarik
tersebut kemudian langkah selanjutnya adalah pengembangan produk wisata.
Suatu destinasi pariwisata akan
berkembang dengan baik jika tetap menjaga dan mengembangkan produk wisata.
Program pengembangan produk wisata sangat perlu untuk memperhatikan aspek
kekhasanya, keunikan, keaslian dan juga kualitasnya sehingga dapat memicu
motivasi dan ketertarikan wisatawan untuk membeli produk wisata yang
dikembangkan tersebut, dan berikut adalah penjabaran program pengembangan daya
tarik wisata di Kuta Lombok seperti;
a.
Program Pengelompokan
potensi–potensi dan daya tarik wisata yang ada di Kuta Lombok
Pengelompokan potensi wisata akan
memudahkan wisatawan untuk menentukan pilihan aktivitas wisata sesuai yang
diinginkan. Dari segi pengelolaan maupun pengelompokkan produk wisata
berdasarkan jenisnya memudahkan pengelola untuk mengelola dan mengontrol aktivitas
wisata sehingga pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan dapat terealisasi. Potensi–potensi daya tarik wisata di Kuta
Lombok dapat dikelompokkan menjadi dua produk wisata yaitu produk wisata alam
dan sosial budaya.
1)
Produk Wisata Alam
Produk
wisata alam yang ada di Kuta Lombok adalah keindahan alam, pantai dengan
hamparan pasir putih yang indah dengan bentuk yang beragam, keindahan laut
dengan aktivitasnya, seperti surfing
yang merupakan salah satu wisata minat khusus yang paling banyak diminati oleh
para wisatawan terutama wisatawan mancanegara (asing), snorkeling, fishing maupun aktivitas bawah laut sperti diving, keindahan pengamatan mathari
terbit (sunrise) dan matahari
terbenam (sunset) serta keindahan
alam perbukitan bagaikan benteng yang kokoh dengan mengelilingi mulai dari
batas barat Kuta Lombok dengan Desa Prabu, kemudian terus ke utara yaitu
berbatasan dengan Desa Rambitan, serta batas timur yaitu berbatasan dengan desa
Sukadane dan desa Sengkol kecuali bagian selatan yang langsung berbatasan laut
samudra Indonesia.
2)
Produk Wisata Sosial
Budaya
Masih
kuatnya tradisi dan budaya kehidupan masyarakat di Kuta Lombok menjadi daya
tarik tersendiri bagi kepariwisataan di daerah ini sehingga dapat dikelompokkan
menjadi produk wisata sosial budaya. Produk wisata ini meliputi; kehidupan
sosial masyarakat lokal termasuk di Kampung Nelayan. Kegiatan tradisi dan
budaya masyarakat lokal yang masih terjaga dengan baik merupakan daya tarik
wisata yang sangat perlu untuk jaga eksistensinya sehingga tetap menjadi daya
tarik wisata di Kuta Lombok.
b.
Program Pembuatan aktivitas
wisata baru yang dapat dijadikan sebagai upaya pelestarian alam (seperti
aktivitas menanam pohon sambil rekreasi atau camping, menanam terubu karang sambil snorkeling atau diving,
membersihkan pantai dari sampah baik dari laut maupun dari wisatawan itu
sendiri) serta pelestarian budaya (membuat festival seni dan budaya)
c.
Program Penetapan daya
tarik wisata yang ada di Kuta Lombok oleh pemerintah dan penataan lokasi wisata
berdasarkan produk wisata. Hal tersebut perlu dilakukan dengan tujuan untuk
memudahkan pengelola dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas wisata di
lokasi tersebut.
d.
Program Pembuatan produk
wisata unggulan, yaitu produk wisata bahari dan sosial budaya yang menjadi icon daya tarik wisata di Kuta Lombok.
7.3.2
Program
Pengembangan dari Strategi Strength–Threat
(S–T)
Dari strategi strength–threat (S–T), terdapat dua strategi yang dapat diaplikasikan
diantaranya adalah (1) Strategi
peningkatan kualitas lingkungan, dan (2) Strategi pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Konsep pengembangan berkelanjutan adalah proses pengembangan
kepariwisataan yang tidak mengesampingkan sumber daya yang dimiliki untuk
pengembangan yang akan datang., demikian pengembangan–pengembangan fasilitas
penunjang kepariwisataan harus dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek
penting yang mendukung keberlanjutannya yaitu berkelanjutan dalam aspek
lingkungan aspek, ekonomi dan aspek sosial budaya.
1. Strategi
Peningkatan Kualitas Lingkungan
Salah satu faktor pendukung dalam
pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok adalah aspek lingkungan. Lingkungan
merupakan faktor yang sangat vital
dalam pengembangan pariwisata. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan karena
kegiatan pariwisata akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dikembalikan
seperti sediakala dan hal tersebut
sangat sulit untuk dilakukan.
Beberapa program yang dapat dilakukan
untuk mencegah timbulnya kerusakan atau memelihara kelestarian lingkungan
dengan adanya kegiatan kepariwisataan sehingga dapat terwujudnya pariwisata
yang berkelanjutan terutama dalam aspek kebersihan dan kelestairian lingkungan di
Kuta Lombok yaitu program peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan maka, perlu adanya upaya untuk
membangun pola fikir serta budaya masyarakat yang ramah lingkungan yang dapat
dilakukan melalui tindakan pengawasan ataupun aturan yang jelas, pembinaan dan
pengelolaan lingkungan hidup baik dari unsur pemerintah, masyarakat, stakeholder maupun para pelaku
pariwisata khususnya yang ada di Kuta Lombok dan berikut adalah hal–hal yang
dapat dilakukan antara lain:
a.
Perlunya tindakan
pemerintah untuk me-sosialisasikan Undang–undang tentang pengelolaan lingkungan
hidup serta Undang–undang tentang penataan ruang kepada masyarakat dan industri
termasuk larangan dan sanksi bagi siapa saja yang jelas–jelas melakukan
perusakan lingkungan
b.
Sosialisasi oleh pmerintah
daerah tentang peraturan daerah (Perda) yang ada mengenai rencana tata ruang
wilayah (RTRW) baik Kabupaten maupun Provinsi.
c.
Tindakan tegas dari
pemerintah terhadap industri yang membuang limbahnya ke laut tanpa proses
pengolahan serta pengelolaan yang memadai
d.
Mengadakan berbagai
penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya membangun dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya budaya kebersihan dan ramah lingkungan. Penyuluhan
perlu diadakan secara berkesinambungan secara terus–menerus baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui media masa, baik cetak maupun elektronik
serta dengan tindakan yang kongkrit.
e.
Membangun sistem daur
ulang sampah baik itu yang organik amupun non organik sehingga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan. Mengingat hingga saat ini masalah sampah masih belum
ditangai atau dikelola dengan baik.
f.
Mengadakan gerakan
bersih pantai (beach clean) dengan
semua elemen masyarakat termasuk pelaku pariwisata serta wisatawan
g.
Membudayakan gotong
royong dalam gerakan Jum’at bersih untuk membersihkan lingkungan setiap hari
Jum’at
h.
Mengadakan lomba
kebersihan lingkungan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk melengkapi uapaya tersebut di atas adalah (1) Perlu
adanya pengawasan dan pengaturan terhadap pembuangan sampah serta limbah di
Kuta Lombok, dan (2) Pemeliharaan dan reboisasi.
1.
Melakukan pengawasan
dan pengaturan terhadap pembuangan sampah serta limbah di Kuta Lombok.
Wisatawan
yang berkunjung dan tinggal di Kuta Lombok tidak hanya memberikan keuntungan
bagi daerah ini namun dapat juga berdampak negatif seperti ketika mereka
membuang sampah sembarangan. Oleh sebab itu, upaya yang perlu dilakukan adalah
pengawasan yang ketat akan sampah yang ada di Kuta Lombok. Selain sampah dari
wisatawan tentu terdapat juga sampah dari industri pariwisata yang ada di Kuta
Lombok seperti sampah–sampah atau limbah yang dihasilkan oleh hotel, restaurant, serta lainnya. Hal
ini sangat diperlukan pengawasan yang ketat pula guna menghindari pencemaran
lingkungan.
2.
Pemeliharaan dan
reboisasi
Secara
umum pemeliharaan diharapkan dilakukan secara berkelanjutan dan efektif yang
artinya menyediakan sarana penunjang untuk menjaga kebersihan dan kelestaian
lingkungan seperti penyediaan tempat sampah yang memadai, baik untuk sampah
oraganik dan non organik. Kerja bakti atau gotong royong dapat dilakukan oleh
masyarakat atau stakeholder lainnya
merupakan sebuah bentuk tanggung jawab masyarakat pada alam. Hal ini dapat
digunakan sebagai salah satu ajang edukasi pada masyarakat serta atraksi atau
daya tarik wisata yang ada. Sementara itu, reboisasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dengan peremajaan dan penanaman kembali pada lahan atau
pohon yang telah mengalami kerusakan atau penggundulan. Selain penanaman pada
lahan yang memang belum ada pohon sehingga dapat memberikan kesejukan dari
sebelumnya.
2. Strategi
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan merupakan
pengembangan pariwisata yang sangat diharapkan pembangunan serta
pengembangannya baik itu oleh pemerintah, para pelaku wisata (stakeholder) maupun masyarakat itu
sendiri, sebab pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata harus ramah lingkungan
dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Program peningkatan
perekonomian masyarakat dan program peningkatan kualitas kehidupan sosial
budaya masyarakat merupakan dua program yang dapat diterapkan untuk mendukung strategi
pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kuta Lombok.
a. Program
peningkatan perekonomian masyarakat
Partisipasi atau peran serta masyarakat
dalam kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok baik secara langsung maupun tidak
langsung sangat diperlukan agar dapat menujang pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan. Dengan peran serta masyarakat tersebut akan berdampak pula pada
terbukanya kesempatan kerja dan usaha jasa wisata yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat lokal setempat.
Manfaat yang dirasakan masyarakat
terhadap pengembangan kepariwisataan akan menggugah keterlibatan masyarakat
sehingga mereka mau ikut berperan di dalamnya, baik secara aktif maupun pasif.
Pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dengan
mengembangkan segala potensi dan daya tarik wisata yang ada agar dapat
memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.
Pemerintah dan pengelola destinasi serta
daya tarik wisata di Kuta Lombok harus dapat memberikan peluang dan kesempatan
bagi masyarakat khususnya masyarakat lokal setempat untuk mengembangkan
berbagai usaha guna meningkatkan perekonomiannya serta untuk mendukung pengembangan
Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Berikut adalah beberapa
hal yang dapat dilakukan diantaranya;
1.
Pemerintah membantu
memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha kepada masyarakat
yang ingin membuka usaha khususnya yang terkait kepariwisataan. Hal ini
diperlukan agar secara tidak langsung dapat menstimulus minat masyarakat untuk
berwirausaha khususnya pada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
2.
Pemerintah, stakeholder, dan para pelaku pariwisata
harus bekerjasama untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai usaha apa saja yang potensial dan bisa dilakukakannya untuk menangkap
peluang yang ada seperti membuka usaha penginapan (Homestay, Lodge, Bungalow dan sejenisnya), rumah makan, travel agent, maupun usaha lainnya yang
potensial khususnya yang berkaitan dengan kepariwisataan.
Memberikan pembinaan dan pelatihan
kepada masyarakat agar mereka dapat menjadi pelaku pariwisata yang baik dan
professional sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas agar
dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan yang berkunjung di Kuta Lombok dan
natinya wisatawan tersebut akan berkunjung kembali karena para wisatawan
tersebut memiliki kesan (memory) dan
respon yang bagus terhadap Kuta Lombok dan masyarakatnya. Dengan demikian
masyarakat dapat menggali secara terus–menerus peluang yang ada namun dengan
tetap memperhatikan aspek keberlanjutannya terutama sumber daya termasuk
kelestarian lingkungannya.
b. Program
peningkatan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat
Adanya kegiatan kepariwisataan di Kuta
Lombok tentu berdampak pula pada kehidupan sosial budaya masyarakat setempat
baik itu yang positif maupun dampak negatifnya. Salah satu tujuan
kepariwisataan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang–undang Republik
Indonesia (RI) Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataa adalah untuk memajukan
kebudayaan. Oleh sebab itu, kepariwisataan di Kuta Lombok diharapkan mampu
menigkatkan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.
Kehidupan sosial budaya masyarakat di
Kuta Lombok harus dapat semakin ditingkatkan. Untuk mendukung program di atas
berikut adalah hal yang dapat diterapkan untuk mencapainya;
a.
Peningkatan budaya
lokal menjadi salah satu atraksi atau daya tarik wisata. Keberlanjutan dan keberlangsungan
budaya menjadi menjadi sebuah keharusan agar dapat dijadikan salah satu atraksi
atau daya tarik wisata di Kuta Lombok.
b.
Penyesuaian antara
aturan kehidupan adat istiadat masyarakat yang sesuai dengan perkembangan namun
tidak merubah nilai dasar yang terkandung dalam adat istiadat tersebut dan
tetap menjaga keasliannya. Kehidupan sosial budaya masyarakat hendaknya dapat
dijadikan sebagai salah satu kekuatan yang dimiliki Kuta Lombok sebagai atraksi
wisata yang menunjang pengembangan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata
berkelanjutan. Sebab dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan
harus berkelanjutan dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
7.3.3
Program
Pengembangan dari Strategi Weakness–Opportunity
(W–O)
Upaya pengembangan suatu daerah atau
kawasan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan maka harus memperhatikan
hal–hal terkait dengan upaya meminimalkan kelemahan untuk dapat memanfaatkan
peluang. Dengan demikian, segala kelemahan yang mungkin dapat mengehambat
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dapat
diminimalisir dengan memanfaatkan peluang yang ada. Dari Strategi Weakness–Opportunity ditemukan terdapat
dua strategi untuk meminimalkan kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang
yaitu (1) Strategi promosi destinasi pariwisata, dan (2) Strategi peningkatan
keamanan dan kenyamanan
Program pemasaran serta peningkatan
keamanan dan kenyamanan merupakan hal yang sangat penting dikukan dalam dalam
mendukung upaya pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan. Tujuan dari program pemasaran adalah untuk memasarkan
produk–produk wisata yang terdapat di Kuta Lombok, sedangkan keamanan dan
keamanan adalah untuk menciptakan suasana yang kondusif aman dan nyaman baik
bagi wisatawan maupun masyarakat agar segala produk wisata yang ada dapat
terjaga dan terlindungi dengan baik sehingga pemasarannyapun tidak terkendala.
1. Strategi
Promosi Destinasi Pariwisata
Peningkatan promosi destinasi pariwisata
sangat penting dilakukan agar dapat memberikan informasi yang detail tentang
kepariwisaataan di Kuta Lombok. Promosi dilakukan dengan melihat karakteristik
serta tipe wisatawan dan minat wisatawan yang akan menjadi target pasar. Hal
ini didasarkan atas jenis pariwisata yang tersedia di Kuta Lombok dan promosi
destinasi dapat dilakukan dengan upaya–upaya sebagai berikut:
a. Program
promosi destinasi melalui media cetak dan eletronik
1) Melakukan
promosi melalui melalui media cetak
seperti; brosur, majalah, iklan, maupun promosi dengan kerjasama dengan
pihak–pihak swasta perlu dilakukan.
2) Melakukan
promosi melalui melalui media elektronik seperti; internet (seperti pembuatan website,
blogsite, facebook, twitter maupun dalam bentuk iklan, berita dan lainnya),
televisi, serta siaran radio baik yang jangkauanya lokal maupun internasional.
b. Program
promosi destinasi melalui dinas pariwisata dan instansi terkait
1) Melakukan
upaya promosi dengan melibatkan biro–biro perjalanan wisata (BPW) dan promosi
melalui hotel–hotel serta promosi melalui Dinas Kebudayaan dan Priwisata
Kabupaten Lombok Tengah maupun Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain itu,
promosi juga dengan melibatkan kerjasama dengan Badan Promosi Pariwisata Daerah
(BPPD) baik itu Kabupaten maupun Provisi Nusa Tenggara Barat. Promosi–promosi
tersebut dapat dilakukan dengan pencetakan booklet
dan sejenisnya serta membuat kalender event
(Calender of Event) yang tepat dan
lengkap.
2) Memperkenalkan
dan mempromosikan produk-produk wisata yang ada di Kuta Lombok melalui event–event penting seperti festival Putri Mandalika serta festival-festival lainnya serta aktif
mengikuti pameran–pameran pariwisata
c. Program
pengadaan pusat informasi pariwisata (tourim
information center) yang memadai dan kompetibel
Pusat informasi pariwisata (tourism information center) sangat diperlukan
di Kuta Lombok agar setiap orang atau calon maupun wisatawan dapat dengan mudah
mengakses informasi tentang Kuta Lombok dan kepariwisataanya. penyediaan pusat
informasi pariwisata (tourism information
center) sebagai salah satu solusi untuk mebantu wisatawan dalam mencari
segala informasi terutama tentang kepariwisataan khususnya di Kuta Lombok.
Selain memberikan pelayanan informasi
kepada wisatawan dan masyarakat, keberadaan pusat informasi pariwisata (tourism information center) ini juga
mebantu para pelaku wisata atau pengusaha yang terkait dengan kepariwisataan dalam mempromosikan produk
mereka dengan brosur–brosur yang akan didistribusikan kepada wisatawan yang
akan berkunjung di pusat informasi pariwisata (tourism information center) tersebut.
2. Strategi
Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan
Faktor keamanan dan kenyaman merupakan
salah satu yang sangat penting dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan. Keamanan adalah status seseorang dalam keadaan aman,
kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik,
emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan,
kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan
sebagai kadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
aman dan tentram (Potter dan Perry, 2006).
Untuk meningkatkan keamanan dan
kenyamanan di Kuta Lombok maka perlu dilakukan beberapa program seperti;
a.
Program kerjasama dengan pihak kepolisian dan pamswakarsa dalam menjaga keamanan
Keamanan merupakan hal penting untuk
diperhatikan agar Kuta Lombok bisa menjadi destinasi pariwisata yang
berkelanjutan. Dengan terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman makan akan
berdampak pula tingkat kepuasan serta kunjungan wisatawan di Kuta Lombok. Jika
keamanan serta keamanan terjamin maka setiap orang tidak akan ragu lagi
berkunjung dan tinggal serta menjadikannya sebagai salah satu destinasi
pariwisata pilihannya.
Dalam menjaga keamanan di Kuta
Lombok harus melibatkan semua unsur baik
itu pemerintah, kepolisian, pelaku pariwisata, stakeholder serta masyarakat. Kemanan dan kenyamanan itu akan
terwujud jika kerjasama yang baik dengan semua pihak dan salah satunya adalah
dengan pamswakrsa yang ada seperti kelompok buru jejak “Kumpul, Bumi Gora serta
pamswakarsa lainnya sehingga dapa menciptakan iklim keamanan yang baik. Sebab,
jika hanya polisi saja maka tidak akan bisa terwujudnya kemanan di Kuta Lombok,
oleh sebab itu kerjasama yang baik sangat diperlukan dalam mendukung
terciptanya kemamanan dan kenyamanan di Kuta Lombok.
b.
Program Peningkatan dan
Memaksimalkan kerja Satpam Pantai
Selama ini keberadaan satuan pengaman
pantai atau satpam pantai dinilai masih belum berkontribusi banyak dalam
kegiatan kepariwisataan di Kuta Lombok. Masyarakat menilai bahwa keberadaan satpam pantai tidak berarti
bagi mereka hal ini terbukti dari ketidakpercayaan mereka terhadap satpam
pantai tersebut. Sehingga perlu dilakukan evaluasi kerja terhadap satpam pantai
agar kerja mereka lebih maksimal sehingga dapat membantu dalam pengembangan
Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
c.
Program Siskamling (Sistem
Keamanan Keliling) yang Aktif dan Maksimal
Dengan mengkatifkan siskamling maka
diharapkan bisa berkontribusi serta dapat membantu terutama dalam menjaga
keamanan dan sebagi upaya untuk melibatkan masyarakat dalam partisipasinya
dalam kegiatan kepariwisataan itu sendiri, sebab kegiatan wisatawan tidak
terbatas pada siang hari saja namun malampun mereka tetap beraktivitas. Oleh
karena itu, pengaktifikan dan memaksimalkan siskamling sangat perlu dilakukan
untuk menciptakan rasa aman dan nyaman baik bagi wisatawan maupun masyarakat
setempat.
d.
Program Pembuatan Papan
Informasi yang berisi tentang Tata Tertib Berwisata di Kuta Lombok
Hal ini penting untuk menghindari
kemungkinan pertikaian atau kesalahfahaman antara masyarakat lokal (host) dengan wisatawan (guest). Karena biasanya hal tersebut
terjadi berawal dari perilaku wisatawan yang terkadang bertentangan dengan
etika atau adat istiadat yang berlaku di masyarakat lokal. Pembuatan papan yang
berisi tentang susunan tata tertib berwisata di Kuta Lombok bertujuan untuk
meminimalisir perilaku negatif dari wisatawan yang akan berdampak negatif pula
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat lokal sehingga pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan akan mengalami hambatan
dengan hal tersebut.
e.
Program Kerjasama dan Koordinasi
yang baik dengan pihak pemilik atau pengelola hiburan malam (bar, karaoke, café dan sejenisnya) dalam
hal menjaga keamanan dan kenyamanan.
Kerjasama dan koordinasi yang baik tentu
akan menciptakan iklim kepariwisataan yang kondusif di Kuta Lombok. Hal ini
sangat penting dilakukan agar dapat menguntungkan semua pihak termasuk
masyarakat lokal di dalamnya. Dengan demikian kegiatan kepariwisataan akan
saling mendukung dan akan memudahkan pengembangan kepariwisataan di Kuta
Lombok. Namun, selama ini masih belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik
sehingga sering terjadinya keluhan dan protes masyarakat terhadap keberadaan
tempat–tempat hiburan malam (bar,
karaoke, café dan sejenisnya) karena bagi masyrakat keberadaan
tempat–tempat hiburan tersebut sangat meresahkan masyarakat dan terutama pada
malam hari. Selain itu, masyarakat juga berpendapat bahwa hal tersebutlah yang
menjadi salah satu pemicu terjadinya tindakan kriminal serta ketidaknyamanan di
Kuta Lombok.
Selain perlunya menjaga keamanan yang
kondusif, beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan di Kuta Lombok diantaranya; (a) penataan
dan pengelolaan areal parkir, (b) ketersediaan fasilitas toilet umum, (c) Perilaku agresif pedagang asongan, dan (d)
penataan warung dan pedagang kaki lima, harus mendapatkan perioritas dalam
pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.
f.
Program Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran
Masyarakat mengenai Stabilitas Politik dan Isu SARA (Suku, Agama dan Ras)
Peningkatan
pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai stabilitas politik serta isu SARA
(Suku, Agama dan Ras) sangat perlu dilakukan mengingat hal tersebut merupakan
salah satu kendala serta ancaman yang sangat serius dalam pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Dengan adanya pemahaman yang
baik, maka masyarakat tidak akan mudah terpancing dengan isu-isu terkait SARA
dan sebagainya yang dapat menjadi hambatan dan ancaman bagi perkembangan
pariwisata di Kuta Lombok.
Dengan adanya
pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait stabilitas politik dan isu SARA
tersebut, maka masyarakat tidak akan gampang terpengaruh dan terpancing
emosinya meskipun dihadapkan dengan hal tersebut. Namun, jika hal ini tidak
dilakukan maka, pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan akan sulit untuk terealisasi bahkan tidak akan terwujud.
7.3.4
Program
Pengembangan dari Strategi Weakness–Threat
(W–T)
Kelemahan dan ancaman merupakan hal yang
bisa menghambat pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan. Namun, kedua hal tersebut harus disiasati dengan strategi yang
dapat meminimalisir kelemahan untuk menghindari ancaman atau disebut dengan
strategi weakness–threat (W–T). Dari
strategi tersebut dapat dirumuskan dua strategi yaitu; (1) Strategi
pengembangan sumber daya manusia, dan (2) Strategi pengembangan kelembagaan dan
manajemen destinasi. Adapun penjabaran dan program yang bisa diterapkan dari
kedua strategi tersebut yaitu;
1. Strategi
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) yang memdai
sangat diperlukan dalam mendukung pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan. Namun ketidaksiapan sumber daya manusia tersebutlah
yang dapat menghambat dan memperlambat pengembangannya. Oleh sebab itu maka,
harus ada upaya dengan program peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang
signifikan baik secara kualitas maupun kuantitas khususnya di sektor
pariwisata.
Tujuan dari program ini adalah untuk
meningkatkan daya saing serta manajemen destinasi pariwisata yang baik, cermat
dan efektif sehingga terwujudnya Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata
berkelanjutan. Dengan demikian, pola fikir masyrakat tentang pariwisata semakin
baik, agar terciptanya rasa memiliki (sense
of belonging) yang tinggi terhadap Kuta Lombok sehingga secara tidak
langsung mereka akan menyadari betapa pentingnya menjaga, memelihara, dan
mengembangkan Kuta Lombok menjadi yang lebih baik secara bersama–sama.
Upaya program peningkatan sumber daya
manusia (SDM) dapat dilakukan dengan memberikan motivasi kepada masyarakat agar
mau mengikuti atau melanjutkan pendidikan dengan setinggi–tingginya baik itu
pendidikan formal maupun non formal. Selain itu pemerintah harus mengupayakan
untuk menyediakan sekolah–sekolah kepariwisataan baik itu tingkat menengah
maupun tinggi yang mudah diakses oleh masyarakat Kuta Lombok pada khususnya dan
Lombok Tengah pada umumnya. Selain itu perlu diadakannya penyuluhan–penyuluhan
tentang gerakan sadar wisata atau pelatihan–pelatihan terkait kepariwisataan.
Jika sumber daya manusia (SDM) khususnya
di sektor pariwisata telah memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas maka
secara tidak langsung akan mendukung dan memperkuat serta dapat membentuk
kelembagaan pariwisata di Kuta Lombok. Selain itu, manajemen destinasi akan
lebih baik dan maksimal sehingga dapa menciptakan suasana Kuta Lombok yang
dicintai masyarakatnya dan menjadi primadona bagi wisatawan baik domestik
(wisatawan nusantara) maupun wisatawan internasional (wisatawan mancanegara).
Program peningkatan sumber daya manusia
(SDM) khususnya di bidang pariwisata bertujuan untuk meningkatkan sumber daya
manusia terutama bagi masyarakat lokal khususnya di bidang pariwisata dan
menciptakan kondisi sadar wisata. Hal ini penting karena keberlanjutan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata sangat ditentukan oleh peran serta
masyarakat lokal dalam menjaga dan mengelola segala potensi dan daya tarik
wisata yang ada di tempat mereka. Berikut adalah beberapa program yang bisa
diterapkan guna meningkatkan sumber daya manusia yaitu:
a.
Pendidikan dan
pelatihan terutama bahasa agar nantinya dapat mengerti dan memahami bahasa yang
digunakan oleh wisatawan seperti bahasa Inggris, bahasa Perancis, Bahasa
Jerman, bahasa Jepang, bahasa Italy serta bahasa yang sering digunakan
wisatawan selama ini dan target wisatawan berikutnya.
b.
Pendidikan dan
pelatihan guide (pemandu wisata) umum
dan pemandu wisata khusus khusus seperti surfing,
fishing, diving dan sebagainya.
c.
Pendidikan dan
pelatihan tentang pengelolaan keuangan dan manajemen pariwisata atau destinasi
pariwisata.
d.
Pendidikan dan
pelatihan yang berkaitan dengan life
skill seperti pembuatan souvenir dan
cendra mata, serta oleh–oleh khas Kuta Lombok.
e.
Pendidikan dan
pelatihan mengenai usaha tata boga atau kuliner
f.
Melakukan penyuluhan
kepariwisataan (gerakan sadar wisata) agar masyarakat Kuta Lombok mengerti dan
dapat menerima pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan.
g.
Meningkatkan kerjasama
dengan lembaga–lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata baik milik
pemerintah (negeri) maupun swasta untuk mengembang dan meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) terutama bagi masyarakat lokal setempat di bidang pariwisata.
h.
Bekerjasama dengan
lembaga pendidikan tinggi baik milik pemerintah (negeri) maupun swasta terutama
dengan lembaga pendidikan tinggi lokal
untuk melakukan penelitian terkait dengan kepariwisataan, pelestarian
lingkungan (konservasi alam) di Kuta Lombok serta penelitian tentang
pengembangan kepariwisataan di Kuta Lombok, pengembangan dan pelestarian
terumbu karang agar tidak terjadi kerusakan.
i.
Pembetukan atau
pendirian Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) di Lombok sangat penting agar dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memadai, handal
dan kompeten di bidang pariwisata.
j.
Pembukaan program studi
baru baik jenjang Diploma IV / Sarjana (S1) maupun program Pascasarjana seperti
program Magister dan Doktor di
Universitas yang telah ada di Lombok terutama tentang Pariwisata yang mudah dijangkau
oleh masyarakat setempat.
Selain pentingnya peningkatan sumber
daya manusia (SDM) harus juga diimbangi dengan pembentukan dan pengembangan
kelembagaan di bidang pariwisata sehingga manajemen destinasi dapat dilakukan
dengan baik, cermat dan efektif.
2. Strategi
Pengembangan Kelembagaan dan Manajemen Destinasi
Menjadi
destinasi pariwisata berkelanjutan tentu harus didukung oleh kelembagaan
pariwisata yang memadai dan baik pula. Mengingat kelembagaan pariwisata Kuta
Lombok masih sangat kurang maka diperlukan adanya program pembentukan
kelembagaan atau manajemen destinasi pariwisata (Destination Management Organization) yang memadai. Tujuan dari
program pengembangan tersebut adalah untuk membentuk lembaga pengelola
pariwisata di Kuta Lombok. Berikut adalah beberapa program yang bisa diterapkan terkait program
pembentukan kelembagaan dan manajemen
destinasi pariwisata yang bisa diterapkan di Kuta Lombok adalah sebagai berikut:
a.
Program Pembentukan
kelembagaan dan pengelolaan destinasi pariwisata di Kuta Lombok. Pemerintah
berperan sebagai fasilitator yang mefasilitasi kebutuhan pengembangannya.
Pemerintah juga berperan sebagai regulator yang membantu masyarakat untuk
membuat regulasi yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan daya tarik
wisata yang dapat mendukung pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi
pariwisata berkelanjutan.
b.
Kelembagaan pariwisata
yang telah dibentuk harus bekerjasama dengan pihak–pihak terkait dan
berkompeten untuk membuat beberapa peraturan mengenai pengelolaan daya tarik
wisata yang baik, adapun bentuk
peraturan yang bisa diterapkan untuk mendukung pengembangan terkait hal
tersebut seperti;
1)
Pengaturan retribusi
harus transparan, jelas, dan akuntabel misalnya jumlah dana yang dikumpulkan
dari tamu surfing, diving dan sebagainya.
2)
Peraturan yang berisi
kode etik bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha yang sesuai dengan
nilai–nilai sosial budaya dan tradisi setempat.
3)
Pengaturan tentang
pembagian keuntungan yang diperoleh untuk keperluan konservasi dan pemerataan
bagi seluruh masyarakat (untuk kegiatan Adat, Agama dan kegiatan sosial budaya
lainnya seperti; upacara Rowah Segare,
Nuzulul Qur’an, Maulid Nabi dan sebagainya)
Melalui
pembentukan kelembagaan tersebut, maka pengembangan Kuta Lombok sebagai
destinasi pariwisata berkelanjutan akan dapat terlaksana dengan baik dan
maksimal. Dalam pelaksanaan manajemen destinasi memang diperlukan sumber daya
yang memadai dan kompeten untuk menjalankan roda organisasi Destination Manajemen Organization (DMO).
Manajemen
destinasi merupakan totalitas tindakan yang terencana untuk memanfaatkan sumber
daya pariwisata sehingga memberikan keuntungan yang optimal bagi seluruh
pemangku kepentingan dalam jangka panjang (Damanik, 2012:13). Suksesnya
manajemen destinasi tidak bisa dilepaskan dari kepatuhan manajemen terhadap
nilai dasar. Dalam konteks pengembangan destinasi pariwisata Indonesia tentu
ada beberapa pendekatan berbasis nilai yang perlu dipertimbangkan dan yang
dapat diterapkan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan seperti; (a) Pendekatan spiritual, yaitu ketaatan seluruh stakeholder terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, keseimbanga antara hubungan manusia dengan sesamanya dan keseimbangan
hidup manusisa dengan alam., (b) Pendekatan realitas sosiologis masyarakat di
destinasi pariwisata., dan (c) Pendekatan pembangunan berkelanjutan.
Esensi
dari ketiga pendekatan tersebut adalah bahwa setiap kegiatan pembangunan harus
dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang tersedia dengan
manfaat jangka panjang. Penekanan utama pembangunan bukan pada pertumbuhan (growth) yang direpresentasi oleh
indikator kuantitatif belaka, melainkan
pada daya tahan dan keberlanjutan sumber daya sosial, budaya, ekologi dan
ekonomi yang tersedia.
No comments:
Post a Comment